Peran Pesantren sebagai Implementasi Community Civics di Pesantren Nahdlatul Ulama

  • Zindan Baynal Hubi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Syekh-Yusuf, Tangerang, Indonesia
  • Rizal Fahmi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Syekh-Yusuf, Tangerang, Indonesia
  • Nursanda Rizki Adhari Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Syekh-Yusuf, Tangerang, Indonesia
  • Aisha Nadya Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Syekh-Yusuf, Tangerang, Indonesia
Keywords: peran pesantren, Nahdaltul Ulama (NU), pendidikan kewarganegaraan kemasyarakatan (community civics)

Abstract

Artikel ini membahas peran Nahdlatul Ulama (NU) sebagai implementasi pendidikan kewarganegaraan kemasyarakatan (community civics) dengan basis kulturalnya yaitu pesantren dalam membina dan membentuk warga NU (Nahdliyin) agar menjadi warga negara yang baik dan cerdas. Community civics merupakan domain sosiokultural Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dilakukan di luar pendidikan formal (deformalisasi) serta berkembang di masyarakat melalui organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi politik, lembaga swadaya masyarakat, institusi, dan perusahaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data guna mendapatkan hasil yang mendalam. Adapun metode yang digunakan berupa studi kasus di Pesantren Nahdlatul Ulama Al-Hikamussalafiyah Cipulus Purwakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Nahdlatul Ulama dengan pesantren yang dinaunginya telah mampu menjadi teladan pelaksanaan community civics. Implementasi tradisi ilmu keagamaan mampu disinergikan dengan konteks keindonesiaan dalam membentuk karakter warga Nahdliyin dan santri khususnya di lingkungan Pesantren Al-Hikamussalafiyah. Modal kultural tersebut berupa sikap tawassuth (tengah/moderat), i’tidal (tegak lurus) tasamuh (toleransi), tawazun (seimbang), dan  amar ma’ruf nahi munkar (menegakkan yang benar dan melarang yang salah). Modal ini berdasar pada tradisi keagamaan yang menjadi sebuah legitimasi utama dalam mensyiarkan risalah Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta (Islam rahmatan lil ‘alamin). Pada akhirnya para santri bisa memahami, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah sosial yang dihadapi baik didalam masyarakat dan bernegara secara berkesinambungan dan berperan dalam menciptakan Indonesia sebagai negara idaman yang selaras kebaikan alam dan masyarakatnya (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur).

 Kata kunci: peran pesantren, Nahdaltul Ulama (NU), pendidikan kewarganegaraan kemasyarakatan (community civics)

ABSTRACT

 This article explains the role of Nahdlatul Ulama (NU) as an implementation of community civics with Islamic boarding school (pesantren) as its cultural base, in fostering and shaping the NU community (Nahdliyin) to become good and smart citizens. Community civics is a socio-cultural domain of Civic Education which is implemented beyond the formal education at school (deformalization) and develops in the community through social organizations, political organizations, non-governmental organizations, institutions, and companies. The study used a qualitative approach, with interviews and observations as data collection techniques in order to obtain in-depth results. The method used is a case study at the Nahdlatul Ulama Islamic Boarding School Al-Hikamussalafiyah Cipulus Purwakarta. The results indicate that Nahdlatul Ulama and its supported Islamic boarding school have been able to become a role model in implementing community civics. Religious knowledge tradition blended with Indonesian identity is implemented in shaping the characters of Nahdliyin community and students, particularly at the Al-Hikamussalafiyah Islamic Boarding School. The cultural values are tawassuth (moderate), i’tidal (straight), tasamuh (tolerant), tawazun (balanced), and amar ma'ruf nahi munkar (enjoining what is right and forbidding what is wrong). The values are based on religious tradition which is the main legitimacy in spreading the message of Islam for the good of all human beings (rahmatan lil 'alamin). In the end, the students can understand, analyze, and answer social problems in the society and the nation in a sustainable manner and play a role in building Indonesia as an ideal state with good citizens and natural resources (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur).

Keywords: Islamic boarding school (pesantren), Nahdaltul Ulama (NU), community civics

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2021-06-16
Section
Articles